INSIDEN24.COM - Sokola Rimba, film yang dirilis pada 21 November 2013 lalu, mengisahkan tentang Suku Anak Dalam, salah satu hasil karya dari sutradara kenamaan Riri Riza dan produser Mira Lesmana.
Mengingat Hari Guru Nasional pada 25 November 2022 mendatang, film ini mengangkat sebuah kisah nyata dari Butet Manurung bersama Suku Anak Dalam.
Film Sokola Rimba yang berdurasi 90 menit ini sarat akan nilai pendidikan dan kemanuasiaan. Pemeran film ini dibintangi oleh Prisia Nasution, Nyungsang Bungo, Rukman Rosadi, dan Nadhira Suryadi.
Baca Juga: 4 Kelemahan Timnas Indonesia U-20 Bikin STY Marah Besar Jelang Uji Coba Lawan Tim Prancis U-20
Film ini berhasil memenangkan penghargaan piala Best Adapted Screenplay dalam Festival Film Indonesia 2014.
Film ini mengisahkan pengalaman Butet Manurung (Prisia Nasution), seorang guru yang mengajar masyarakat Suku anak dalam atau dikenal dengan orang rimba di pedalaman Nasional Bukit Duabelas, Provinsi Jambi.
Setelah hampir tiga tahun bekerja di sebuah lembaga konservasi di wilayah Jambi. Butet telah menemukan hidup yang diinginkannya. Ia mengajarkan baca tulis dan menghitung kepada anak-anak masyarakat suku anak dalam, yang dikenal sebagai Orang Rimba yang tinggal di daerah hulu sungai makekal.
Pada suatu hari, Butet terserang demam malaria di tengah hutan. Seorang anak tak dikenal bernama Nyungsang Bungo (Nyungsang Bungo) datang menyelamatkannya. Ia berasal dari Hilir sungai Makekal, yang jaraknya sekitar 7 jam perjalanan untuk bisa mencapai hulu sungai, tempat Butet mengajar.
Diam-diam Bungo telah lama memperhatikan Ibu guru Butet mengajar membaca. Ia membawa segulung kertas perjanjian yang telah dicap jempol oleh kepala adatnya, sebuah surat persetujuan orang desa mengeksploitasi tanah adat mereka. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet agar dapat membaca surat perjanjian itu.
Baca Juga: Wisata Alam Curug Sanghyang Taraje, Curug Di Garut Yang Memukau Penuh Pesona
Pertemuan dengan Bungo menyadarkan Butet untuk memperluas wilayah kerjanya ke arah hilir sungai Makekal. Namun keinginannya itu tidak mendapatkan restu baik dari tempatnya bekerja, maupun dari kelompok rombong Bungo yang masih percaya bahwa belajar baca tulis dapat membawa malapetaka bagi mereka.
Artikel Terkait
Honorer Tenaga Teknis Administrasi Termarzinalkan, Guru dan Nakes Mendominasi Kuota dan Formasi untuk PPPK
1.273 MGMP Penerima Bantuan Tahap II Akses Bagi Peningkatan Kompetensi Guru
Dibuka ! Pendidikan Profesi Guru Madrasah Prajabatan
FKDT Wadah Penguatan Bagi Guru dan Kurikulum Madrasah Diniyah
Penggunaan Obat Sirup yang Diduga Pemicu Gagal Ginjal, Guru Besar UGM : Masih Misteri !
Anggota DPRD Jawa Barat Ali Rasyid Silaturahmi Dengan Guru PAUD, Prihatin Kesejahteraan Mereka Begitu Minim
Puluhan Guru Sekolah Dasar di Gugus I Pamarican, Ikut Diseminasi IKM
5 Film Indonesia Mengisahkan Tentang Perjuangan Seorang Guru