Lubang Buaya Merupakan Saksi dan Bukti Peristiwa Kelam Bangsa Indonesia

INSIDEN24.COM - Siapa yang tak mengenal peristiwa yang terjadi di sumur Lubang Buaya?.

 

Rakyat Indonesia sudah pasti mengetahui akan peristiwa yang terjadi di sumur Lubang Buaya, di lokasi sumur inilah 7 Perwira TNI Republik Indonesia ditemukan.

 

peristiwa yang merupakan saksi dan bukti sejarah peristiwa kelam di tahun 1965 yang pernah dialami bangsa Indonesia dimana tragedi ini lebih dikenal dengan sebutan G 30 S PKI.

 

 

G 30 S PKI salah satu kisah sejarah kelam peristiwa dimana 7 perwira TNI yang terdiri dari 6 Jenderal dan 1 Lettu tewas menjadi korban kekejaman Partai Komunis Indonesia yang dipimpin oleh Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI) DN Aidit.

 

Gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tersebut untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan ingin mengubah Indoneaia menjadi negara Komunis.

 

Ketujuh perwira tinggi TNI yang menjadi target yakni:

 

- Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani

- Mayor Jendral Raden Soeprapto

- Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono

- Mayor Jendral Siswondo Parman

- Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan

- Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo

- Jenderal AH Nasution

 

 

Jenazah ketujuh perwira TNI tersebut kemudian dibuang dengan tidak layak dalam satu lubang dengan diameter 75 cm dan 12 m yang dikenal bernama Lubang Buaya.

 

Mayat ketujuh 7 perwira TNI Repbulik Indonesia korban kekejaman G 30 S PKI baru ditemukan pada 3 Oktober dan kemudian diangkat oleh Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) yang saat itu diperbekali dengan perangkat menyelam berupa tabung oksigen. 

 

Kemudian Tim yang dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL Kapten Winanto ini melakukan evakuasi jenazah korban para pahlawan revolusi.

 

Setelah ditemukannya ke 7 perwira TNI Republik Indonesia korban 30 September, Indonesia memperingati peristiwa ini dikenal dengan Gerakan 30 September atau G 30 S PKI. 

 

 

Untuk mengenang jasa 7 perwira TNI Republik Indonesia dibuatlah Monumen Pancasila Sakti atau Monumen Pahlawan Revolusi dan Museum Lubang Buaya.***